ENERGI.co.id, Bojonegoro – Suasana Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro, terasa berbeda ketika menjejak ke rumah produksi Batik Sekar Rinambat. Di sana, beberapa perempuan tampak tekun menorehkan canting di atas kain putih. Asap tipis dari malam yang dipanaskan perlahan membentuk motif-motif batik khas, tanda perjalanan mereka dalam menjaga budaya sekaligus menggerakkan ekonomi keluarga. Kelompok Batik Sekar Rinambat bukanlah sekadar usaha rumahan biasa. Komunitas ini lahir pada 2018, tepat setelah pelatihan batik yang diinisiasi Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 melalui proyek Jambaran Tiung Biru. Dari program tersebut, para anggota mendapat bantuan modal berupa alat-alat produksi dan bahan baku, sehingga bisa mulai menekuni usaha batik dengan lebih serius. Astutik, Ketua Kelompok Batik Sekar Rinambat, mengenang awal perjalanan kelompoknya yang penuh keraguan. Namun, dukungan yang datang membuat semangat mereka tumbuh. “Dengan adanya kelompok batik Sekar Rinambat, kami bisa menghasilkan omzet antara 30 sampai 70 juta rupiah per bulan,” ujar Astutik dalam wawancara dengan media, Kamis (18/9/2025)
Pencapaian itu menjadi bukti nyata bahwa pemberdayaan masyarakat yang digulirkan Pertamina EP Cepu 12 bisa menghadirkan dampak langsung bagi warga. Dari keterampilan yang semula belum terasah, kini para perempuan desa mampu menghasilkan produk batik yang bernilai jual tinggi.
Pasar Lokal, Harapan Nasional
Meski baru berkembang, Batik Sekar Rinambat mulai menapakkan jejaknya di pasar lokal. Penjualan sebagian besar masih terkonsentrasi di wilayah Bojonegoro dan sekitarnya. “Untuk penjualan sendiri, rumah produksi Batik Sekar Rinambat masih mencakup wilayah sekitar Bojonegoro, harapannya kedepan terus berkembang hingga menembus pasar nasional,” tutur Astutik.
Harga batik yang dihasilkan cukup beragam, mulai dari Rp 80 ribu hingga Rp 180 ribu per lembar, tergantung motif, corak, hingga pemilihan kualitas kain. Rentang harga tersebut menjadikan batik produksi kelompok ini dapat dijangkau oleh berbagai kalangan, tanpa mengurangi kualitas maupun nilai seni yang terkandung di dalamnya.
Pemberdayaan dan Warisan Budaya
Bagi para anggota kelompok, batik tidak hanya soal keuntungan ekonomi. Lebih dari itu, ia adalah cara untuk merawat tradisi. Kain dengan motif khas Bojonegoro membawa cerita sekaligus identitas yang terus dijaga.
Komitmen Pertamina EP Cepu melalui program tanggung jawab sosial perusahaan memberi ruang bagi masyarakat desa untuk mandiri. Pemberdayaan kelompok batik ini menjadi bagian dari upaya mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar mampu memperluas pasar sekaligus meningkatkan kualitas produk. Hadirnya Batik Sekar Rinambat di Dolokgede menjadi cerminan bagaimana inisiatif kecil bisa menggerakkan roda ekonomi desa. Dari tangan-tangan terampil para perempuan, lahirlah karya yang tidak hanya menambah penghasilan keluarga, tetapi juga menguatkan jati diri budaya lokal.